Siapa tak butuh uang? Hampir semua orang di dunia ini memerlukannya. Bahkan, kebanyakan manusia sangat menginginkannya. Tak heran jika banyak orang menempuh segala cara demi mendapatkan uang. Uang memang sudah jadi bagian dari kehidupan manusia. Tapi, hati-hati, uang bukan hanya bisa mendatangkan manfaat. Uang juga bisa mendatangkan mudarat atau bencana jika kita tak pandai-pandai mengelolanya.
Lantas, apa yang harus kita lakukan agar uang atau harta yang kita miliki tidak mendatangkan mudarat, tapi justru mendatangkan manfaat ? untuk menjawab pertanyaan tersebut, sebelumnya, kita perlu memahami tiga konsep dasar berikut.
Pertama, harta adalah titipan, bukan milik kita. Sebab, tak sesen pun uang akan kita bawa ketika harus pergi meninggalkan dunia ini. Harta juga merupakan amanah yang harus dijaga pemanfaatannya agar mendatangkan kebaikan di dunia sekaligus keselamatan dan kebahagiaan di akhirat.
Kedua, perolehan, pengelolaan, dan penggunaan harta harus sesuai dengan syariah agar kita sanggup mempertanggungjawabkannya di akhirat kelak.
Ketiga, menata dan merencanakan keuangan bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan duniawi. Sebab, kehidupan manusia tak hanya di dunia. Kehidupan yang sesungguhnya justru kehidupan kelak di akhirat. Dan, kehidupan di akhirat sangat ditentukan bagaimana kita menjalani kehidupan selama di dunia. Untuk itu, orientasi penataan dan perencanaan keuangan secara Islami perlu juga memperhatikan pemenuhan kebutuhan akhirat.
Tiga konsep dasar tersebut dituangkan Eko P. Pratomo, presiden direktur salah satu perusahaan manajer investasi terkemukan di Indonesia, dalam buku Cara Mudah Mengelola Keuangan Keluarga Secara Islami. Buku ini hadir sebagai salah satu upaya memperkenalkan konsep perencanaan dan pengelolaan keuangan keluarga secara Islami kepada masyarakat luas.
Buku ini memperkenalkan konsep harta dalam Islam dan mencoba memberikan pemahaman mengenai konsep perencanaan keuangan secara Islami. Buku ini juga mengungkapkan pentingnya membuat catatan keuangan dan melakukan prioritas pengeluaran.
Lewat buku ini, Anda diajak memahami kebutuhan masa depan dan proses perencanaan keuangan. Produk keuangan syariah juga diperkenalkan dalam buku ini untuk melengkapi pengetahuan anda tentang alternatif-alternatif produk dan jasa berbasis syariah sebagai instrument untuk mencapai tujuan pencapaian investasi.
Buku ini mencoba membawa anda pada kesadaran untuk mulai mengelola keuangana keluarga secara lebih baik. Menurut penulis buku Reksa Dana, Solusi Perencanaan Investasi di Era Modern dan Berwisata ke Dunia Reksa Dana ini, kehadiran buku tersebut didasari munculnya kesadaran umat Islam untuk mulai menerapkan prinsip syariah dalam kehidupan keluarganya, khususnya yang berkaitan dengna masalah keuangan.
Lulusan sarjana teknik aeronautika dari Institut Teknologi Bandung (ITB) yang sempat memperdalam ilmu di Delft University of Technology, Belanda, ini mengatakan, perkemabangan produksi produk keuangan berbasis syariah telah memungkinkan masyarakat mencari alternatif baru dalam mengelola keuangan keluarga sesuai dengan ajaran Islam dan berusaha meninggalkan sistem ribawi.
Dan, pemanfaatan produk keuangan syariah tersebut akan lebih bijaksana jika menggunakan pendekatan perencanaan keuangan secara Islami (Islamic Financial Planning). Konsep baru dalam perencanaan dan pengelolaan keuangan ini pertama kali di perkenalkan Hijrah Strategic Advisory Group Sdn. Bhd, Malaysia.
Pertanyaannya kemudian, bagaimana mengelola keuangan keluarga secara Islami? Apa bedanya dengan perencanaan keuangan konvensional? Sebelumnya, anda bisa menyimak tuturan penulis yang banyak meluangkan waktunya untuk mengajar dan cukup produktif menulis buku ini.
Menurutnya, komponen perencanaan keuangan Islami memiliki tujuh pilar yang utama, yang jika digabungkan membentuk kata ISLAMIC. Tujuh pilar itu adalah, satu, income (pendapatan). Pendapatan yang kita peroleh haruslah bersumber dari usaha yang halal karena pendapatan yang halal akan membawa berkah. Mengingat makin bertambahnya kebutuhan, kita perlu memikirkan alternative usaha yang dapat mendatangkan tambahan pendapatan. Usaha apa saja – tentu yang halal- yang dilakukan untuk meningkatkan pendapatan merupakan bagian dari ikhtiar dalam perencanaan keuangan.
Satu, spending (pengeluaran). Besarnya pengeluaran akan sangat menentukan besarnya tabungan yang bisa disisihkan untuk memenuhi kebutuhan masa depan. Perencanaan akan kebutuhan masa depan dapat menyadarkan manusia untuk lebih memprioritaskan hal- hal yang menjadi kebutuhan.
Dua, longetivity (kehidupan panjang). Kita perlu mempersiapkan persiapan kehidupan masa pensiun sekaligus persiapan kehidupan di akhirat kelak. Secara financial, banyak jalan diberikan Allah kepada kita untuk memanfaatkan harta yang dititpkan-Nya sebagai bekal dikehidupan yang abadi. Zakat, ibadah umrah dan haji, sedekah, infak, dan wakaf adalah cara yang bisa kita tempuh untuk mendapatkan kebahagiaan didunia dan akhirat.
Tiga, assurance (asuransi). Kita perlu melakukan proteksi terhadap kejadian- kejadian yang tak terduga dan dapat mempengaruhi kemampuan finansial secara signifikan. Keberadaan produk asuransi syariah memudahkan kita meminimalkan risiko.
Empat, management of debts (pengelolaan utang). Utang bukan sesuatu yang buruk. Tapi, pemanfaatan fasilitas utang, terutama melalui institusi, seperti bank dan institusi keuangan lain, perlu memperhatikan hukum Islam untuk menghindari transaksi utang yang mengandung unsur riba. Utang perlu dikelola secara baik agar mendatangkan manfaat secara optimal sekaligus meminimalkan risiko yang mungkin terjadi.
Lima, investment (investasI). Investasi merupakan usaha yang dapat kita lakukan untuk memenuhi kebutuhan kita pada masa mendatang. Mengetahui kebutuhan kita pada masa mendatang menjadi kata kunci sebelum berinvestasi. Kini, banyak tersedia produk investasi yang berlandaskan syariah di pasar. Kesempatan ini membuka peluang kita untuk memanfaatkan instrumen dan produk investasi tersebut untuk mencapai tujuan atau kebutuhan pada masa mendatang secara Islami. Enam, ,cleansing of wealth (zakat). Penyucian harta merupakan bagian dari perintah Allah yang harus kita tunaikan. Harta yang kita dapatkan pada yang Allah titipkan, bukan semata- mata atas usaha yang kita lakukan.
Terlebih, harta yang kita peroleh tak akan sampai ketangan kita tanpa keterlibatan dan pengorbanan dari sekian banyak orang. Pembayaran zakat, infak, sedekah, hibah, dan wakaf pada dasarnya merupakan bentuk penyucian harta sekaligus bentuk tanggung jawab sosial kita terhadap masyarakat luas.
Nah, modal awal untuk menerapkan konsep- konsep tersebut dalam menata dan merencanakan keuangan adalah catatan keuangan. Dan, catatan keuangan yang paling penting dimiliki adalah catatan asset dan kewajiban serta catatan arus kas. Kedua catatan keuangan tersebut merupakan alat merencanakan , memonitor, sekaligus mengevaluasi penggunaan uang dalam sebuah keluarga.
Apakah sekarang anda sudah memutuskan mengelola keuangan keluarga secara komprehensif? Jika memutuskan melakukannya, anda bisa saja menggunakan bantuan seorang perencana keuangan. Nah, jika memutuskan menggunakan jasa perencana keuangan, anda benar- benar harus mempercayainya, sehingga anda akan terbuka memberikan semua informasi yang dibutuhkan.
Karena itu, komunikasi yang terjalin dalam perencanaan keuangan harus dilandasi pemahaman tentang apa dan bagaimana proses kerja perencanaan keuangan tersebut dan apa yang dihasilkan atau apa yang menjadi tujuan proses tersebut.
Dalam mengelola keuangan secara syariah, anda akan sangat membutuhkan produk- produk dan jasa keuangan syariah. Paling tidak,untuk dapat mengelola keuangan keluarga yang berlandaskan prinsip syariah, anda akan membutuhkan produk asuransi, produk perbankan, dan produk investasi yang berbasis syariah.
Buku ini diharapakan dapat memunculkan kesadaran baru dan pencerahan bagi masyarakat luas, khususnya umat Islam, untuk lebih bijaksana dalam mengelola keuangan keluarga. Tujuan akhirnya, harta titipan Allah dapat membawa kebahagiaan di dunia dan keselamatan di akhirat.